Senin, 07 Maret 2011

PENOLONG YANG TERSAKITI

Judulnya naas bgt, mungkin bakalan bagus klo dibikin judul sinetron silat abal-abal di tv..haha.
tulisan ini diilhami kuliah konseling hari ini. Tadi pembahasannya masih seputar pengantar konseling dan helping method dan batasan-batasan konseling.Pengertian konseling sebenernya macem-macem,diantaranya menurut Rogers (1971) mengartikan hubungan membantu sebagai suatu hubungan, yang sedikitnya satu dari pihak terkait mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan,perkembangan,kedewasaan,dan juga peningkatan fungsi serta kemampuan untuk menghadapi hidup yang lebih baik dari pihak yang lain itu.dan tujuan utama dari konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar ~ hak-hak individu untuk membuat pilihan secara mandiri. jadi intinya, konselor itu cuma memberikan alternatif buat klien supaya klien bisa menemukan alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya. hubungan yang dibangun harus seimbang, dua-duanya punya posisi yang setara.

masalahnya, klo kita nggak menguasai teori-teori terkait,batasan, dan metode buat konseling hasilnya nanti bukan solusi, malah menyakiti. 
misal, pernah nggak temen-temen ngerasa orang yang kita curhatin nggak ngasih saran yang pas, dibawah ekspektasi (harapan) kita, atau malah jawabannya bikin sakit hati.nah itu namanya menolong yang menyakiti.Klo masalah yang ini sih, biasanya disadari sama yang ditolongnya (helpee), klo yang nolong (helper)nya sih..belum tentu sadar..haha.Gawatnya, gimana klo yg mau nolong malah yang tersakiti ini yang dosenku tadi sebut dengan penolong yang tersakiti. sadar nggak sadar....sekarang atau nanti setelah aku atau temen-temen calon konselor ini jadi konselor beneran bakal nemuin masalahnya helpee yang ternyata pernah kita rasain, atau bahkan sedang kita rasain. yang ada kita jadi mengasihani diri sendiri, jadi subjektif gara-gara kita malah proyeksiin masalah kita ke klien. dan akhirnya kita yang merasa butuh pertolongan "hallo, ternyata saya juga butuh pertolongan!" hahaha.Ada juga  konselor jatuh cinta sama klien atau sebaliknya,who knows? :p tandanya kita beneran manusia..punya naluri dan subjektivitas yang tinggi. karena objektivitas itu sendiri adalah subjektivitas *bikin bingung*

Itulah tanggung jawab profesi, bahkan konseling itu sendiri bagian dari 'seni' jadi nggak melulu teori itu saklek dan persis sama yg kita temuin di kehidupan nyata...kayak yang baru aja aku rasain, niatnya menghibur dan menyemangati teman yang 'sepertinya' butuh disemangati, ternyata...dia bilang teorinya itu gampang,bla..bla..bla..makanya, daripada jadi penolong yang tersakiti, mendingan aku banyak belajar lagi tentang ini. Mamahku juga pernah bilang "jangan terlalu baik sama orang, kamu bukan pahlawan". Itu jadi pertimbangan buatku membatasi diri buat memilah-milah mana yang akhirnya menjadikanku sebagai penolong yang bahagia dengan cara yang tepat atau menjadi penolong yang tersakiti?pilihan ada di tanganku sendiri :)

oia, satu lagi, yang masih bisa dikonseling itu yang masalahnya masih mild, ringan dan belum bersifat patologis.so, klo mau jadi subjek latihan konseling saya harap menjadi catatan yah :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar