Ini khusus diperuntukkan
bagi para ukhti dan akhi yang sedang risau tentang orang terpilihnya, baik yang
sudah menemukannya atau yang sedang mencarinya.
Mengapa ini menjadi penting?
Sebenarnya penting atau tidaknya sesuatu menjadi sangat relatif. Tapi karena
orang tersebut adalah orang yang akan menemani sisa kesempatan kita untuk
melewati hidup ini, mengikat janji mitsaqon ghalidha-sekuat perjanjian Allah
SWT dengan rasul-Nya-dan menggenapkan setengah dien kita, maka saya yakin sebagian
besar-meskipun tidak dapat dikatakan 100%- dari kita akan menganggapnya
penting. Oleh karena itu perlu trik khusus dalam menyikapinya. Tapi
kemudian sebagai bentuk anugerah-Nya
kepada hambanya, kita tak perlu repot-repot memilih siapakah yang akan menjadi
pendamping kita. Dalam Al-quran ‘kitab terkomplit sepanjang jaman’,Al
Qashash:68 “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha
tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”
Bila Allah telah menentukan sesuatu atas kita, maka
manusia tidak dapat memilih yang lain lagi, yang bisa kita lakukan adalah
menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan-Nya.
Ternyata
sejak kita menerima ‘tawaran’ untuk hidup di dunia maka Allah telah menentukan
garis hidup kita dalam lauful mahfudz. Suatu ketentuan yang tidak dapat
dirubah, kecuali atas kuasa-Nya.Termasuk soal per-jodoh-an. Siapa dia, kapan
dan dimana kita akan bertemu dengannya, bagaimanakah rupa wajahnya,
pekerjannya, keluarganya, keshalihannya, semua sudah tercatat rapi dalamnya.
Tak heran kalau orang tua pendahulu kita berslogan ‘kalau jodoh takkan kemana’,
karena ternyata slogan itu banyak benarnya. Sepeti juga takdir kematian, ke
ujung dunia sekalipun, kalau memang sudah jodoh, pasti akan bertemu.
Yang
menjadi sedikit rumit adalah proses menuju ke pertemuan tersebut. Sebelum kita
bertemu ‘orang terpilih’ tersebut, tentunya kita akan lebih dulu bertemu dan
mengenal banyak orang selain dia. Dan ketika kemudian salah satu diantaranya
‘menarik’ bagi kita-meskipun tidak secara fisik tapi lebih kepada keshalihan
yang tampak dari sikap dan penampilannya yang menyiratkan ketaatan-seperti yang
diungkapkan Salim A. Fillah dalam ‘nikmatnya pacaran setelah pernikahan’(kalau
boleh penulis menyarankan, buku ini cocok untuk ukhti dan akhi yang sedang
menantikan ‘orang terpilih’ atau bagi yang sudah menemukannya). Adalah suatu
fitrah ketika ketertarikan itu ada, tak perlu risau atau gundah. Lalu kemudian
kita akan bertanya pada diri kita"diakah jodohku?”apalagi ketika menemukan
adanya figur seseorang pendamping ada pada orang tersebut, atau boleh dibilang
cocoklah dengan kriteria kita. Jawabannya tentu saja belum tentu, karena hanya
Allah lah yang mengetahuinya. Tapi boleh jadi kita menganggap bahwa orang
tersebut adalah yang terbaik bagi kita. Padahal apa yang terbaik menurut kita
belum tentu terbaik menurut Allah, hanya Dia lah yang Maha Mengetahui.
Pada
akhirnya yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu saat itu tiba, meskipun dalam
masa tunggu itu hati kita akan sibuk menebak-nebak setiap orang yang menurut
pemikiran dan anggapan subyektif kita adalah yang terbaik. Tapi bersabarlah
karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Teruntuk yang sedang menunggu ‘orang terpilih’.
Bagi yang telah menemukannya, yakinlah beliau yang terbaik
yang telah Allah pilihkan untuk kita.
And
for myself*ini tulisan kakakku..bukan tulisanku..klo ketauan..pasti ditabok :p