Senin, 31 Desember 2012

Seandainya boleh memilih.


Ini khusus diperuntukkan bagi para ukhti dan akhi yang sedang risau tentang orang terpilihnya, baik yang sudah menemukannya atau yang sedang mencarinya.

Mengapa ini menjadi penting? Sebenarnya penting atau tidaknya sesuatu menjadi sangat relatif. Tapi karena orang tersebut adalah orang yang akan menemani sisa kesempatan kita untuk melewati hidup ini, mengikat janji mitsaqon ghalidha-sekuat perjanjian Allah SWT dengan rasul-Nya-dan menggenapkan setengah dien kita, maka saya yakin sebagian besar-meskipun tidak dapat dikatakan 100%- dari kita akan menganggapnya penting. Oleh karena itu perlu trik khusus dalam menyikapinya. Tapi kemudian  sebagai bentuk anugerah-Nya kepada hambanya, kita tak perlu repot-repot memilih siapakah yang akan menjadi pendamping kita. Dalam Al-quran ‘kitab terkomplit sepanjang jaman’,Al Qashash:68 “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”
Bila Allah telah menentukan sesuatu atas kita, maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi, yang bisa kita lakukan adalah menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan-Nya.

            Ternyata sejak kita menerima ‘tawaran’ untuk hidup di dunia maka Allah telah menentukan garis hidup kita dalam lauful mahfudz. Suatu ketentuan yang tidak dapat dirubah, kecuali atas kuasa-Nya.Termasuk soal per-jodoh-an. Siapa dia, kapan dan dimana kita akan bertemu dengannya, bagaimanakah rupa wajahnya, pekerjannya, keluarganya, keshalihannya, semua sudah tercatat rapi dalamnya. Tak heran kalau orang tua pendahulu kita berslogan ‘kalau jodoh takkan kemana’, karena ternyata slogan itu banyak benarnya. Sepeti juga takdir kematian, ke ujung dunia sekalipun, kalau memang sudah jodoh, pasti akan bertemu.

            Yang menjadi sedikit rumit adalah proses menuju ke pertemuan tersebut. Sebelum kita bertemu ‘orang terpilih’ tersebut, tentunya kita akan lebih dulu bertemu dan mengenal banyak orang selain dia. Dan ketika kemudian salah satu diantaranya ‘menarik’ bagi kita-meskipun tidak secara fisik tapi lebih kepada keshalihan yang tampak dari sikap dan penampilannya yang menyiratkan ketaatan-seperti yang diungkapkan Salim A. Fillah dalam ‘nikmatnya pacaran setelah pernikahan’(kalau boleh penulis menyarankan, buku ini cocok untuk ukhti dan akhi yang sedang menantikan ‘orang terpilih’ atau bagi yang sudah menemukannya). Adalah suatu fitrah ketika ketertarikan itu ada, tak perlu risau atau gundah. Lalu kemudian kita akan bertanya pada diri kita"diakah jodohku?”apalagi ketika menemukan adanya figur seseorang pendamping ada pada orang tersebut, atau boleh dibilang cocoklah dengan kriteria kita. Jawabannya tentu saja belum tentu, karena hanya Allah lah yang mengetahuinya. Tapi boleh jadi kita menganggap bahwa orang tersebut adalah yang terbaik bagi kita. Padahal apa yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah, hanya Dia lah yang Maha Mengetahui.

            Pada akhirnya yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu saat itu tiba, meskipun dalam masa tunggu itu hati kita akan sibuk menebak-nebak setiap orang yang menurut pemikiran dan anggapan subyektif kita adalah yang terbaik. Tapi bersabarlah karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.


Teruntuk yang sedang menunggu ‘orang terpilih’.
Bagi yang telah menemukannya, yakinlah beliau yang terbaik yang telah Allah pilihkan untuk kita.
And for myself

*ini tulisan kakakku..bukan tulisanku..klo ketauan..pasti ditabok :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar